JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mengusulkan anggaran sebesar Rp 800 miliar untuk tahun 2018 sebagai kebutuhan merevitalisasi sekitar 1.700 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau 20 persen dari total yang ada di Indonesia.
Langkah ini bertujuan agar SMK yang terlibat dalam program pendidikan vokasi memiliki alat-alat praktik yang sesuai perkembangan teknologi produksi di industri saat ini dan juga menjawab kebutuhan industri akan tenaga kerja handal dan kompetitif.
“Jadi, setiap SMK akan memperoleh anggaran sekitar Rp 500 juta lewat Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), yang akan dititipkan di provinsi. Pasalnya, peralatan SMK sekarang banyak yang tertinggal dua generasi,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar melalui keterangan resmi, Senin (21/8/2017).
Haris menjelaskan, dalam pelaksanaannya pemerintah daerah harus membuat proposal untuk mengajukan SMK di wilayahnya ke Kemenkeu. Kemudian Kemenperin akan bertindak dalam proses seleksi.
Adapun salah satu persyaratan SMK yang bisa lolos atau memenuhi kriteria dari Kemenperin, yaitu sekolah yang lokasinya berdekatan dengan kawasan industri.
“Misalnya, kawasan industri yang menjadi pusat industri otomotif, maka SMK yang didorong adalah yang berbasis studi teknik permesinan atau pengelasan sehingga sesuai dengan kebutuhan,” terangnya.
Upaya ini sebagai wujud transformasi pendidikan SMK berbasis kompetensi yang terkait dan sepadan (link and match) dengan industri.
Haris menyebutkan, awalnya Kemenperin menargetkan sebanyak 1.775 SMK dan 355 industri yang akan mengikuti program pendidikan vokasi industri hingga tahun 2019.
Namun belum sampai akhir 2017, dari tiga tahap peluncuran program tersebut, Kemenperin telah menggandeng sebanyak 1.035 SMK dan 307 industri.
Ketiga tahap itu untuk wilayah, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Jawa Barat.
“Antusiasme ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten untuk semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing Indonesia,” tuturnya.
Dengan SDM terampil, diyakini dapat pula memacu produktivitas dan keunggulan sektor manufaktur nasional, selain melalui modal dan teknologi.
Oleh karenanya, program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri akan terus dilanjutkan per provinsi di seluruh wilayah Indonesia.
Source : Kompas