POSKOBERITA.COM, CIKARANG – Persoalan kepemudaan dan kenakalan remaja di Kabupaten Bekasi saat ini dalam masa darurat. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus bentrokan anak muda yang menjadi suporter sepakbola dan maraknya aksi tawuran pelajar.
Belum lagi para remaja yang terlibat dalam kasus kriminalitas sehingga membuat mereka terpaksa harus berurusan dengan hukum. Selain itu peredaran narkoba juga menyasar para remaja yang ada di Kabupaten Bekasi.
Menyikapi hal tersebut, Direktur Eksekutif IBM Institute, Aboy Maulana menyayangkan tidak adanya tindakan dari pemangku kebijakan di Kabupaten Bekasi untuk mencari solusi dari masalah kepemudaan di daerah ini.
“Ini sudah darurat. Tapi kenapa para pimpinan di Kabupaten Bekasi kok tidak ada yang bersuara. Tidak ada yang mengambil sikap. Apa mereka melihat masalah ini hanya sebatas kasus kenakalan remaja saja yang dianggap sudah lumrah,” kata Aboy, Kamis, (19/11).
Aboy mengungkapkan, permasalahan ini tidak hanya menjadi tugas kepolisian. Perlu langkah-langkah pencegahan dari semua komponen masyarakat untuk memperbaiki masalah ini. Pemerintah daerah bersama tokoh pemuda, tokoh masyarakat termasuk tokoh agama harus duduk bersama untuk mengatasi permasalahan kepemudaan di Kabupaten Bekasi.
“Kenapa bisa terjadi seperti ini. Kenapa mereka sampai melakukan seperti itu. Ini harus dicari akar masalahnya,” tegas pria asal Tambun Selatan ini.
Menurut Aboy, sedikitnya ada tiga faktor yang menjadi pemicu daruratnya masalah kepemudaan di Kabupaten Bekasi.
Yang pertama adalah masih banyaknya anak-anak muda di Kabupaten Bekasi yang menganggur karena sulitnya mencari kerja.
“Masalah klasik, di Bekasi banyak pabrik tapi orang Bekasi susah cari kerja. Kalaupun ada lowongan harus siap dengan uang pelicin yang nilainya bisa jutaan. Ini yang kemudian memunculkan rasa frustrasi, kecemburuan sosial dan munculnya kantong-kantong kemiskinan di Kabupaten Bekasi sehingga mereka berani melakukan apa saja untuk mempertahankan hidup,” kata Aboy.
Faktor yang kedua karena krisis moral akibat kurangnya pendidikan agama dari keluarga dan minimnya pelajaran agama di sekolah. Dan faktor yang ketiga menurut Aboy bisa juga karena pengaruh lingkungan dan salah dalam pergaulan. “Mereka salah dalam mencari jatidiri, sehingga menyalurkan ekspresi mudanya melalui jalur yang negatif,” ujarnya.
Aboy menegaskan, kondisi darurat kepemudaan di Kabupaten Bekasi tidak boleh dibiarkan berlarut. Harus ada program dan tindakan yang jelas dari Pemkab Bekasi untuk mengatasi masalah ini. (emyu)