Pilpres 2019, Suara Rakyat Milik Siapa?
JAKARTA, POSKOBERITA.COM – Ipsos untuk Asia Tenggara menggelar jajak pendapat tentang kesiapan para milenial dalam mengikuti Pilpres 2019. Hasilnya diketahui sebanyak 96% dari responden yang disurvei menyatakan akan memilih dalam Pilpres tahun depan.
Jajak pendapat dilakukan perusahaan riset bisnis tersebut dilakukan dari 13–26 Agustus 2018, setelah kandidat presiden dan wakil presiden diumumkan dengan melibatkan sebanyak 1.000 responden dari lima kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan Makassar.
“Namun, yang menarik adalah sebanyak 5% dari pemilih pemula itu belum memutuskan akan memilih,” ujar CEO Ipos untuk Asia Tenggara Suresh Ramalingam dalam keterangan persnya, Kamis (20/9/2018).
Dari hasil survei, kata Suresh, jika ditelaah lebih jauh ada 92% dari pemilih milenial mengatakan telah memutuskan untuk memilih di pilpres nanti. Semantara 96% dari kaum milenial tersebut mengatakan bahwa mereka akan memilih dan hanya 2% yang tidak akan memilih.
“Sementara itu, 97% dari pemilih yang berusia lebih tua mengatakan bahwa mereka akan memilih, hanya 3% yang memutuskan untuk tidak memilih,” jelasnya.
Ia menerangkan, hasil survei Ipos untuk Asia tenggara juga mendapatkan hasil 74% kaum milenial telah memutuskan pilihannya yakni mencoblos satu di antara dua pasangan calon; Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
“Ini berarti sebanyak 26% lainnnya masih berpotensi sebagai swing-voters,” lanjutnya.
Menurut Suresh, jika ditelaah lebih dalam dengan mengamati kelompok residen, diketahui sebanyak 73% dari milenial mengatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk memilih siapa, dan 27% belum memutuskan.
“Sementara itu, sebesar 67% dari pemilih-pemula mengatakan bahwa mereka sudah memutuskan akan memilih kandidat yang mana, dan 33% belum memutuskan,”imbuhnya.
Suresh menerangkan bahwa separuh dari jumlah kaum milenial mencari sosok pemimpin yang mampu menghadirkan solusi bagi masalah yang tengah dihadapi. Kemudian, mereka juga cenderung lebih idealis dengan memilih kandidat yang memiliki riwayat hidup yang bersih, dan lebih menyukai memilih kandidat presiden yang tegas. Sebagai tambahan, selain kandidat yang tegas, pemilih dari kelompok responden lebih tua juga memilih kandidat yang taat beragama.
“Tentu saja ini temuan yang menarik dan membuka wawasan, mengetahui bahwa kaum milenial memahami hak mereka untuk memilih serta keputusan mereka untuk turut memilih,”ungkap Suresh.
PELUANG PRABOWO-SANDIAGA
Survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin unggul di enam kategori pemilih umat Islam. Namun, peneliti LSI Rully Akbar mengatakan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno masih berpeluang besar untuk membalikkan keadaan.
Menurutnya, saat ini bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo-Sandiaga masih belum resmi didukung endorser dari kalangan ulama. Nama-nama ulama seperti ustaz Abdul Somad, Yusuf Masyur, Arifin Ilham, hingga Abdullah Gymnastiar, masih belum menentukan sikap.
“Jadi kalau sudah muncul Aa Gym, ustaz Abdul Somad turun, saya rasa bisa jadi membalikkan keadaan, memperkuat pasangan Prabowo-Sandi di pemilih muslim,” katanya di Jakarta.
Hingga saat ini, Ijtima Ulama GNPF juga belum menentukan sikap untuk mendukung pasangan penantang tersebut. Namun, kemungkinan besar ulama-ulama itu akan mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga, mengingat kedekatan yang selama ini terjalin. Apalagi, kata Rully, selama ini sosok Rizieq selalu berseberangan dengan Jokowi.
Ia menambahkan, ulama seperti habib Rizieq Shihab memiliki kekuatan tersendiri di kalangan Front Pembela Islam (FPI) maupun pemilih muslim secara umum. Jika Rizieq sudah memberikan dukungan, tak menutup kemungkinan akan berpengaruh besar pada peta suara di kalangan pemilih Muslim.
“Habib Rizieq punya nilai endorsment tersendiri karena dia figur bisa dibilang macan panggung,” ujarnya.
Survei LSI terbaru menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf memiliki elektabilitas 52,7 persen di kalangan pemilih Muslim. Sementara Prabowo-Sandiaga hanya 27,9 persen. Artinya, lanjut Rully, ada ada selisih 24,7 persen.
Namun, ia mengingatkan survei ini baru fase awal yang hanya menggambarkan kontestasi persaingan saat ini. “Jadi belum tahu ada perubahan yang signifikan di 200 hari ke depan karena masih jauh perjalanan menuju 2019 nanti,” kata dia. (bbs/ane)


