POSKOBERITA.COM – Ijtima Ulama oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, telah merekomendasikan Dua Tokoh Ulama yaitu Ustad Abdul Somad dan Habib Salim Segaf Al-Jufri. Rekomendasi tersebut saya lihat sementara ini disikapi Koalisi Oposisi hanya sebuah aspirasi politik tanpa adanya sebuah political will yang kuat.
Harapan Umat akan adanya sebuah langkah besar yang dibangun atas kesadaran moralitas kolektif sepertinya terbentur dengan isu kepentingan politik setiap partai koalisi. Dikhawatirkan pada akhirnya ijtihad para ulama yang mewakili kekuatan psikologis umat dilihat publik hanya menjadi sebuah manuver politik.
Selain itu, proses Ijtima oleh GNPF Ulama sebelum, saat dan setelah rekomendasi terkesan tidak terkomunikasikan dengan baik kepada Ulama penerima ijtima, atau bahkan Ulama Penerima mandat Ijtima sangat terkejut, selaras dengan keterkejutan publik ketika menerima informasi ijtima tersebut. Proses ini menjadi ledakan berita yang menasional dalam beberapa hari ini.
Dan memang momentum betul-betul meledak, bukan sekedar rekomendasi mengenai konsensus politik keumatan, tapi ijtima ini menjadi sebuah doktrin tiba-tiba yang mau tidak mau harus saya ikuti sebagai bentuk loyalitas perjuangan umat dalam rangka membangun soliditas yang selama ini diperjuangkan.
Ketidaksiapan Ustad Abdul Somad dalam menyambut rekomendasi bagi saya memperlihatkan kemubaziran politik. Hemat saya, seyogyanya sebuah nilai perjuangan moral dalam ijtihad membenahi bangsa haruslah tersinergi dengan baik sehingga diharapkan seluruh rangkaian proses, outputnya satu, yaitu sebuah harmoni gerakan yang terintegrasi menjadi sebuah implementasi politik nyata bukan hanya sekedar basa basi politik.
Disisi lain, Ijtima yang diberikan kepada Habib Salim Segaf Al-Jufri terkesan seperti sebuah manuver salah satu partai politik yang tergabung dalam koalisi yang tentunya mengundang anasir lain. Ijtima Ulama yang tidak diterima partai koalisi secara mutlak tentunya mengundang polemik.
PKS meminta Koalisi menimbang usulan Habib Salim Segaf Al-Jufri, tetapi latar belakang beliau sebagai Dewan Syuro PKS tentunya alot diterima Koalisi. Satu sisi manuver PAN yang mendorong Ustad Abdul Somad secara parsial di beberapa usulan kader tentu juga terlihat seperti sebuah manuver mencuri simpati ceruk suara umat.
Sementara Gerindra sebagai motor koalisi sepertinya sedang merangkai sebuah sinergitas yang besar dengan Demokrat tentu akan membuat Ijtima Ulama menjadi hanya sebatas retorika politik belaka. Demokrat sebagai tambahan kekuatan bagi Koalisi tentunya hadir tidak hanya sebatas dukungan, masih ada Kader terbaiknya, AHY yang digadang-gadang sebagai Cawapres Prabowo.
Lalu akhirnya publik membaca, rangkaian konsolidasi gerakan moral umat Islam yang sangat panjang, sejatinya hanya menjadi sebuah etalase politik, atau bahkan mungkin sebagai salah satu manuver politik, atau sebuah dukungan strategi politik saja.
Apapun itu, kalkulasi politik yang akuratif sampai hari masih berlangsung, dan yang akan tersisa hanya sebuah cerita tentang gerakan moral umat, dan Ijtima Ulama sebagai patronase yang harus diikuti umat tidak sampai pada garis awal perjuangan sesungguhnya.
Fakta, Partai Politiklah yang memegang komando kekuasaan yang mampu mewujudkan pemimpin di negeri ini, siapapun itu..
Penulis : Gumilar Yo – Insan Bekasi Madani