Bekasi Zaman Now, Rehat Sore di Tepi Situ Binong

0
1385

POSKOBERITA.COM – Suatu sore di awal November 2017, langit di atas Kota Deltamas Cikarang Pusat cerah walau sudah memasuki akhir tahun.

Di sisi selatan Situ Rawa Binong, sejumlah jurnalis berkumpul di saung lesehan sambil sesekali bercanda ringan. Mereka menunggu kehadiran anggota DPR RI Daeng Muhammad untuk melakukan audiensi terkait rencana pelantikan pengurus Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Bekasi.

Tak lama berselang, politisi Senayan yang duduk di Komisi III itu datang. Dengan gayanya yang santai dan tidak formal, Daeng langsung menghampiri para jurnalis, menyapa dan menyalami satu persatu wartawan yang hadir.

Obrolan pun langsung mengalir seru. Mulai dari kiprah Daeng Muhammad sebagai anggota Pansus Angket KPK,  sampai pandangannya seputar kondisi Bekasi Zaman Now. Kabupaten Bekasi terkini yang masih banyak menyimpan tanya, apakah sedang mengalami kemajuan atau malah sebaliknya.

“Kabupaten Bekasi itu seperti auto pilot. Semuanya berjalan begitu saja secara mekanistik. Seperti tidak ada komando. Tidak ada terobosan, tidak ada inovasi. Padahal persoalan yang menyangkut nasib orang Bekasi begitu banyak.” begitu kata Kang Daeng, panggilan akrab Daeng Muhammad.

Dari tahun ke tahun permasalahan di Kabupaten Bekasi semakin menumpuk. Industri begitu pesat tapi lahan pertanian semakin sempit. Kemacetan lalu-lintas, susahnya anak-anak muda mencari kerja dan warga lokal yang makin terpinggirkan. Sedikit yang siap, tapi sebagian besar hanya bisa gigit jari dan jadi penonton dari gemerlapnya industrialisasi di Kabupaten Bekasi.

Para penggiat sejarah dan budaya pun berteriak menyaksikan kearifan lokal yang semakin tergerus. Belum lagi pelayanan publik yang masih buruk dan munculnya kesenjangan sosial antara Cikarang sebagai pusat ekonomi dengan daerah pinggiran Kabupaten Bekasi di utara dan selatan.

“Kita tidak tau lagi siapa yang sekarang menikmati pembangunan di Kabupaten Bekasi. Sementara kebijakan dari pemegang kekuasaan masih belum berpihak pada rakyat kecil. Kesenjangan sosial di Kabupaten Bekasi semakin lebar. Ini bisa menjadi bom waktu kalau tidak dicarikan solusi dari sekarang.” ungkap pria yang dijuluki Anak Citarum ini.

Menurut Daeng, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan untuk menuntaskan persoalan di Kabupaten Bekasi. Yang pertama harus ada kemauan politik atau political wil dari pemegang kekuasaan untuk melakukan eksekusi dan membuat regulasi yang berpihak pada rakyat. Yang kedua sumber daya manusia yang harus diperkuat dan yang ketiga masalah kesiapan anggaran.

“Kalau anggaran, saya kira tidak ada masalah. APBD Kabupaten Bekasi lebih dari Rp 5 triliun masih terbilang cukup besar. Tinggal masalahnya efektif atau tidak penggunaannya. Jangan sampai duit banyak tapi tidak terserap. Ini persoalannya. Silpa yang terus membengkak ini kan kalau begini terus rakyat yang dirugikan karena pembangunan tidak berjalan dan uang pun tidak berputar di masyarakat,” kata Daeng.

Daeng juga mengatakan perlu diperkuatnya lembaga legislatif di Kabupaten Bekasi, baik dalam membuat produk hukum seperti perda, dalam hal penganggaran dan juga pengawasan terhadap kinerja eksekutif.

“Saya sudah meminta anggota DPRD dari Fraksi PAN supaya lebih kritis dalam menyikapi persoalan yang terjadi di Kabupaten Bekasi. Karena kalau dewannya mandul, tidak kritis, mana bisa mengawasi kinerja eksekutif,” tambahnya.

Sambil menikmati makanan khas sunda, beberapa rekan media sempat meminta tanggapan Daeng Muhammad seputar kasus-kasus hukum yang terjadi di Kabupaten Bekasi.

Sebagai anggota Komisi III DPR RI yang membidangi masalah Hukum, HAM dan Keamanan, Daeng mengatakan, dirinya cukup intens menyampaikan persoalan di Kabupaten Bekasi kepada para pengambil kebijakan di Jakarta yang terkait dengan bidang kerjanya seperti kepada Jaksa Agung, Kapolri dan lembaga lainnya.

“Silahkan kalau teman-teman media ingin menyampaikan temuan permasalahan hukum di Kabupaten Bekasi. Saya siap membantu untuk mengawal dan menindak-lanjut sesuai bidang kerja saya di DPR. Tapi dengan syarat fakta dan data-datanya harus lengkap,” tegas pria yang dibesarkan di pinggiran Sungai Citarum Pebayuran ini.

Rembang petang sudah menyelimuti Situ Rawa Binong. Tak terasa para wartawan sudah lebih dari dua jam menghabiskan obrolan dengan pria yang dikenal sebagai Pupuhu Talagamanggung itu.

Di akhir perbincangan dengan para pewarta, Daeng Muhammad  menyatakan dukungannya atas terbentuknya Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Bekasi seraya berpesan agar wartawan tetap independen, kritis, elegan, bisa bermain cantik dan tidak kehilangan idealisme dalam menjalankan tugas jurnalistik.

Hadirnya Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Bekasi adalah sebuah jawaban dari tantangan zaman, ketika teknologi internet semakin banyak diakses oleh masyarakat yang membutuhkan informasi dengan cepat. Semoga kiprah mereka di dunia jurnalistik bisa memberikan kontribusi untuk masa depan Kabupaten Bekasi yang lebih baik. (emyu)